Sabtu, 18 Juli 2015

ya rabb

Saat ini, kita masih sanggup untuk tertawa bersama teman teman.
.
Saat ini kita masih sanggup untuk tersenyum kepada orang orang.
.
Saat ini kita masih sanggup untuk menikmati udara pagi hari.
.
Saat ini kita masih sanggup untuk menikmati masakan ibu.
.
Saat ini kita masih sanggup untuk mendengar nasihat ayah.
.
Saat ini kita masih sanggup untuk menikmati indahnya dunia ini.
.
Saat ini..
Ya…
Entah nanti..
Entah besok..
Entah yang akan datang..
Apa yang akan terjadi?
.
Apakah kita masih sanggup untuk melakukan itu semua?
.
Apakah kita masih sanggup untuk menikmati itu semua?
.
Apakah kita masih sanggup untuk menghembuskan nafas di dunia ini?
.
Apakah jantung kita masih sanggup untuk berdetak?
.
Jika Allah mengambil itu semua, semua akan sirna.
Kenikmatan itu akan terputus karena kematian.
Kelezatan itu akan terputus karena kematian.
Kenikmatan itu akan tergantikan dengan azab yang telah menanti.
.
Saat kenikmatan itu terputus, tubuh kita sudah tak berguna. Rasa sakit menjalar pada seluruh tubuh kita saat sakaratul maut menghampiri, belum lagi ketakutan kita saat memasuki liang lahat. Pun dengan malaikat munkar nakir yang belum tentu kita bisa menjawab pertanyaannya.
.
Tak perlu menunggu sakit ataupun tua saat kematian itu tiba.
#“Di mana saja kamu berada, kematian pasti
akan mendapati kamu, walaupun kamu berada di dalam benteng yang tinggi lagi kukuh .” (QS. An- Nisa`: 78)
.
Persiapkan bekal kita untuk kehidupan yang lebih kekal. Jangan sibuk meraih hal yang sementara. Namun sibukkan untuk meraih hal yang abadi, yang kelak akan bermanfaat saat berada di akhirat.
#“Orang yang paling banyak mengingat mati dan paling baik persiapannya untuk kehidupan setelah mati. Mereka itulah orang-orang yang cerdas.” (HR. Ibnu Majah no. 4259).
.
Jika jiwa berharap bahagia,
Boleh saja,
Tapi coba dirasa,
Bahagia kita gantungkan pada siapa?
Jika qalbu berharap tinggi,
Tidak dipungkiri,
Tapi coba diamati,
Harap tinggi pada siapa kita beri?
Jika hati berharap tenang,
Merasa senang,
Tapi coba diingat,
Apakah tenang kelak tak membawa penat?
Karena kenyataannya,
Manusia sarana khilaf dan salah,
Tak terpungkiri jika tak sesuai asa,
Pasti mendapat kecewa.
Maka titipkan segalanya pada Yang Maha Esa.
Karena sejatinya,
Kebahagiaan hanya datang dari-Nya.
Karena sesungguhnya,
Ketenangan hanya hadir atas ijin-Nya,
Hati yang terluka,
Kan terobati oleh-Nya
Serta,
Kenyataan terindah,
Pasti atas kehendak-Nya.
.
.
“Aku tidak pernah mengkhawatirkan apakah doaku akan dikabulkan”, demikian ‘Umar ibn Al Khaththab pernah berkata.

"Karena jawaban atas doa2ku adalah milik Allah, dan aku hanya bertanggung jawab atas doa yg aku panjatkan.”

“… dan sebab setiap kali Allah mengilhamkan hambaNya untuk berdoa, maka Dia sedang berkehendak untuk memberi karunia.”

“Yang aku khawatirkan adalah”, lanjut ‘Umar, “Jika aku tidak berdoa.”

.

0 komentar:

Posting Komentar